Assalamualaikum,
Sudah kewajiban kita sebagai orang tua untuk terus mengawasi dan membimbing tumbuh kembang anak-anak. Dan sudah merupakan tanggung jawab kita juga untuk terus memberikan stimulasi demi tumbuh kembang si Kecil. Jenis stimulasi yang dapat kita berikan antara lain meliputi stimulasi Akal, Sosial dan Fisik. Mari kita bahas satu persatu.
Stimulasi Akal dapat kita lakukan dengan memberikan kegiatan yang mempu merangsang daya kerja otak si Kecil. Contohnya memberikan mainan yang mengasah kreatifitas berfikir, menganalisa dan problem solving seperti puzzle, Lego, permainan balok dan lain-lain. Dengan begitu, si Kecil dapat terbiasa menghadapi masalah dan mampu mengatasinya sendiri. Selain itu daya imajinasi dan kreatifitasnya juga terasah dengan permaianan seperti ini. Kenza paling suka deh kalau sudah diberi stimulasi akal, dia senang sekali main Lego dan menggambar. Dan untuk mendukung kesenangannya itu, baru baru ini saya daftarkan les robotik. Tentunya dengan tingkat belajar yang sesuai dengan usia Kenza sekarang ya. Saya juga gak mau kalau Kenza nantinya terbebani, dan alhamdulillah Kenza enjoy banget ikut les ini, saya nya pun ikut senang.
Stimulasi Sosial dapat kita lakukan dengan memberikan kegiatan yang mendorong si Kecil untuk bekerja sama dalam kelompok. Atau as simple as bermain bersama sepupu-sepupunya atau teman-teman sepermainanya. Tidak sedikit kan ya anak yang gak mau mainannya dipinjam teman atau sekedar share Lego yang lagi dia mainkan ke temannya. Well, termasuk anak saya juga sih.. heuhehe.. Padahal bermain bersama, sangat sangat bisa merangsang si Kecil untuk berlatih bersosialisasi, berinteraksi, memimpin, mendengarkan orang lain, toleransi dan lain sebagainya. Rangsangan ini agaknya penting untuk anak-anak agar mereka dapat belajar menghargai orang lain. Kalau saya, biasanya mengajak anak-anak untuk playdate bersama teman-teman sekolahnya atau mengundang sepupu/ temannya untuk main dirumah. Dengan begitu, Kenza dan Nafla bisa belajar berbagi mainan dengan orang lain, dan bermain bersama.
Nah yang ketiga adalah Stimulasi Fisik, which sebenarnya gak harus di stimulasi khusus juga anak-anak sudah terstimulasi dengan sendirinya. Anak-anak senang sekali bergerak, ya melompat, berlari, main lempar tangkap. Nah kurang lebih stimulasi yang seperti itu lah yang harus kita berikan pada anak-anak untuk merangsang tumbuh kembang motoriknya.
Hari Minggu yang lalu, saya dan suami datang ke seminar Smart Parenting Workshop yagn diadakan oleh ParentingClub.co.id bertajuk "Kenali Perilaku Anak Di Usia Pra Sekolah". Pas banget judulnya dengan yang aku hadapi setiap harinya, 2 anak di usia pra sekolah yaitu 3-6 tahun. Yang menarik, di seminar tersebut disampaikan juga nih soal stimulasi-stimulasi yang saya sebutkan diatas, Akal, Sosial dan Fisik. Selain bentuk stimulasi yang diberikan, disampaikan juga mengenai Tanda Bahaya dari setiap kecakapan.
Red Flag - Tanda Bahaya Kecakapan
Akal
- Belum bisa memegang pensil dengan ibu jari dan jari telunjuk
- Sangat kesulitan untuk corat-coret
- Belum bisa membuat kalimat dari tiga kata
- Belum bisa meniru gambar lingkaran
- Sangat mudah distraksi dan tidak dapat konsentrasi pada sebuah aktivitas untuk kurun waktu lebih dari 5 menit
- Tidak dapat menceritakan tentang aktivitas sehari-hari
Sosial
- Sangat tidak mempunyai ketertarikan bermain dengan anak-anak lain
- Sangat tidak tertarik permainan interaktif
- Tidak menampakan kesukaan terlibat dalam permainan "pura-pura"
- Seringkali meronta-ronta tanpa kontrol bila marah atau kesal
- Sangat penakut dan pemalu
- Sangat agresif
- Nampak sangat tidak bahagia dan sedih sepanjang waktu
Fisik
- Seringkali jatuh dan kesulitan dengan tangga
- Meneteskan air liur terus menerus
- Belum bisa melempar bola diatas kepala
- Belum dapat melompat di tempat
- Menunjukan ke-pasif-an fisik yang tidak wajar
Poin-poin diatas bisa kita jadikan semacam check list apa-apa saja yang ditunjukkan atau tidak ditunjukkan oleh anak-anak kita. Kalau Kenza sendiri, mungkin harus lebih sering diberi stimulasi sosial ya. Karena sering kali dia lebih nyaman main sendiri dibanding bersama-sama, pekerjaan rumah nih untuk Amam dan Apap. Dan tahukah Mam, ternyata ada lho cara stimulasi yang bisa 3 in 1. Maksud saya, hanya dengan melakukan satu hal ini, kita bisa memberikan 3 stimulasi sekaligus, untuk Akal, Sosial dan Fisik. Apa ya kira-kira? Mendongeng..
Smart Parenting Workshop menghadirkan pendongeng profesional yaitu Ka Budi Haha untuk menjelaskan pentingnya mendongeng untuk anak-anak dan bagaimana dari mendongeng kita bisa memberikan 3 stimulasi sekaligus. Ternyata, ketika kita mendongeng secara tidak langsung kita memberikan stimulasi akal pada anak-anak untuk berfikir setting dari cerita tersebut, latar belakang cerita, suasanya pada cerita dan lain sebagainya. Stimulasi sosial juga bisa didapatkan dari cerita-cerita yang berhubungan dengan kegiatan anak dan temannya sehari-hari. Seperti mengucapkan terima kasih, maaf, tolong, tersenyum, dan lain sebagainya. Fisik juga bisa dilatih dengan cara mempraktekan apa yang ada di buku cerita. Ketika ada cerita seseorang berlari, kita bisa ajak anak untuk ikut mempraktekannya.. atau seseorang berguling, lompat dan lain sebagainya. Berikut juga tips dari Ka Budi Haha tentang mendongeng pada anak:
- Usia anak, perhatikan usia anak dengan begitu kita bisa lebih memilih penggunaan kata yang tepat agar dimengerti anak sesuai usianya.
- Pilihan cerita, untuk anak-anak usia prasekolah baiknya pilih cerita yang simple dan mudah dimengerti
- Keterlibatan Pendengar (akal, fisik, sosial), seperti yang saya tulis diatas ya buibu.. dan perlu diingat bahwa apa yang kita ucapkan ketika bercerita, adalah yang akan terekam oleh anak-anak. Jadi, make sure kita mengucapkan yang baik-baik ya Mam..
- Suara, Ekspresi dan Gerak tubuh. Anak-anak akan tertarik apabila ketika kita bercerita meliputi 3 hal tersebut. Suara yang tidak monoton, ekspresi yang menarik dan dibantu juga dengan gerak tubuh.
- Peralatan pendukung, contohnya boneka, atau apapun yang ada disekitar kita namun yang tidak berbahaya ya Mam.
Alhamdulillah weekend lalu well spent with Apap, belajar tentang parenting supaya kami bisa lebih baik lagi dalam membimbing tumbuh kembang anak-anak. Well being a parent is a non-stop learning process, I must say. Not only learning by doing, but also learning from everywhere, salah satunya from the expert.
kak.....ditunggu blognya pas perjalanan KL-malaka
ReplyDelete